Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Itu kalau Anda mau percaya. Pasalnya begitu banyak orang sudah membuktikannya.
Pernah dengar nama Tony Christiansen? Tony adalah contoh sempurna bagaimana seseorang bisa mengejar impiannya. Lelaki asal Selandia Baru ini kehilangan kedua kakinya pada usia 9 tahun. Untuk ukuran orang biasa, pilihan hidupnya mungkin menjadi begitu terbatas. Tapi dia berhasil mementahkan semuanya dan menjadi seorangsurflifeguard, juara renang, juara balap motor, pilot bersertifikasi, atlet TaekWon-Do bahkan mendaki gunung Kilimanjaro!
Untuk membuktikan diri, Anda tak perlu mendaki Kilimanjaro (kecuali Anda memang memimpikannya :) Tapi apa yang dilakukan Tony menjadi contoh nyata bahwa Can-Do Attitude bukanlah isapan jempol belaka. Sikap ini kini menjadi tuntutan di segala bidang. Apalagi di zaman serbasusah sekarang ini. Dalam dunia binis Indonesia misalnya, prinsip Can-Do Attitude sering diterjemahkan menjadialamogada alias apa lo mau gue ada.
Di dunia kerja, Can-Do Attitude kini menjadi tolok ukur baru dalam menjaring karyawan. Mereka yang memiliki sikap ini dinilai lebih ketimbang mereka yang hanya bermodalkan skill. Bahkan sebuah surveyyang dilakukan pada para manajer perusahaan menunjukkan, bahwa orang yang paling diinginkan dalam sebuah tim, pilihannya bukan si cerdas atau si hebat. Tapi orang-orang dengan tipe kepribadian Can-Do Attitude. Orang seperti ini biasanya enerjik, mampu berpikir kritis, suka belajar dan penuh inisiatif. Orang seperti ini dipercaya bisa membuat perbedaan dan membangun suasana karena menyebarkan energi positif pada lingkungannya.
Secara detil, situs Hyperstress.com memberikan 12 ciri yang biasa dijumpai pada mereka yang memiliki sikap Can-Do Attitude, yaitu:
1. Berpikir 'how' ketimbang 'if'. Bila dihadapkan pada suatu masalah, mereka akan berusaha mencari pemecahannya. Bukan sibuk dengan pikiran-pikiran seperti: what if...
2. Berpikir 'when' ketimbang 'maybe'. Alih-alih berkata 'mungkin saya akan melakukannya nanti...', mereka akan berkata 'saya akan mulai mencobanya minggu depan'.
3. Memikirkan segala kemungkinan dan mencoba mewujudkannya.
4. Tidak sekadar berpikir 'bisa', tapi bisa melakukannya dengan baik dan tepat.
5. Mengetahui bahwa untuk mencapai impian perlu usaha lebih pintar, bukan lebih keras.
6. Percaya pada diri sendiri, percaya pada orang lain dan percaya pada masa depan.
7. Tahu kapan bekerja, kapan berisitrahat. Kapan harus melakukan sesuatu sendiri, kapan harus meminta pertolongan orang lain.
8. Melihat perubahan sebagai tantangan dan peluang.
9. Peduli pada diri sendiri, oang lain dan lingkungannya.
10. Berdiri tegak karena perjuangannya, bukan hasil menginjak orang lain.
11. Menyadari bahwa keberhasilan adalah kemenangan mengatasi kelemahan dan mau membantu orang lain menggali potensi diri.
12. Hanya punya satu cara untuk menjalani hidup: dengan semangat, percaya diri, keyakinan dan integritas.
4 Langkah Membangun Can-Do Attitude
I Believe I Can Fly
Percayalah selalu bahwa Anda sanggup melakukan apa saja bila mau atau terpaksa :) Jadi ketika hati Anda mulai tergoda untuk mengatakan tidak bisa atau ajakan untuk menyerah, kunyah sampai lumat pikiran itu atau telan bulat-bulat. Bila dituruti itu hanya akan membuat rasa percaya diri berkurang dan menjatuhkan motivasi.
Maju Tak Gentar
Jangan buru-buru kabur bila menghadapi sebuah permasalahan. Rangsang pikiran untuk selalu mencari solusi. Anda mesti percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Percayalah bahwa Anda bukanlah satu-satunya orang di dunia yang pernah mengalami satu masalah sulit. Coba saja ketik kata kunci persoalan Anda di search engine. Bohong banget kalau itu tidak membawa Anda pada sesuatu.
Open Arms
Tak ada salahnya bersikap terbuka. Sikap defensive hanya merugikan dan akan menghambat kemajuan dan peluang untuk sukses. Semakin Anda terbuka terhadap segala masukan dan kemungkinan, peluang menyelesaikan permasalahan akan lebih besar.
I Did It My Way
Mendengarkan masukan bukan berarti menelannya mentah-mentah. Sebagai pribadi yang kritis, Anda perlu menyaringnya dengan baik dan menyesuaikan dengan kebutuhan pribadi. Prinsipnya apa yang baik untuk orang lain, belum tentu baik buat kita. Demikian pula sebaliknya.